PR Meet Up #27: Menyelaraskan antara Strategi Keberlanjutan dengan Perusahaan

PRINDONESIA.CO | Rabu, 24/08/2022 | 9.315
Untuk mengomunikasikan isu keberlanjutan kepada karyawan dan khalayak luas, perlu peran tim komunikasi.
Dok.PR Indonesia/Aisyah

Setiap perusahaan memiliki definisi dan implementasi berbeda terkait keberlanjutan (sustainability). Namun, satu hal yang sama, sustainability harus selaras dengan strategi bisnis.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Agar bisnis terus berjalan, perlu strategi keberlanjutan. Pernyataan ini ditekankan oleh Sustainability Advisor Toba Bara Sejahtra (TBS) Energi Utama Triana Krisandini saat mengisi gelar wicara PR Meet Up #27, agenda rutin PR INDONESIA, bertajuk “Strategi PR Mengomunikasikan Program Keberlanjutan”, di Jakarta, Jumat (19/8/2022).

Salah satu strategi keberlanjutan yang dilakukan TBS Energi Utama adalah pergeseran dari bisnis tambang ke pembangkit tenaga listrik. “Ke depan, kami akan berfokus pada energi terbarukan,” ujar perempuan yang akrab disapa Yana ini.

Di acara yang berkolaborasi dengan APRIL Group itu, Yana mengakui bukan perkara mudah mengomunikasikan proses pergeseran atau shifting ini, apalagi yang berkaitan dengan isu keberlanjutan. Biasanya, tim sustainability berhadapan dengan ruang lingkup stakeholder yang lebih kecil. Antara lain, berkomunikasi dengan stakeholder yang sudah memahami konsep sustainability seperti investor, LSM, dan institusi keuangan yang fokus pada isu sustainability.

Sementara untuk mengomunikasikan isu keberlanjutan kepada karyawan dan khalayak luas, perlu peran tim komunikasi. “Tim sustainability wajib bekerja sama dengan tim komunikasi,” katanya. Hal ini dikarenakan tim komunikasi memiliki kapabilitas yang mumpuni untuk dapat menerjemahkan konsep keberlanjutan sehingga dapat diterima oleh masyarakat luas.

Di samping menerjemahkan konsep keberlanjutan, menurut International Communications Manager APRIL Group Ahmad Fauzan Dirgantara yang juga merupakan pengisi materi pada gelar wicara hari itu, tim komunikasi juga bertugas mengedukasi dan meningkatkan awareness masyarakat terkait keberlanjutan. Salah satunya, mengangkat isu yang relevan dengan masyarakat. “Intinya adalah walk the talk. Dengan kata lain, melakukan upaya keberlanjutan terlebih dulu, baru kemudian kita komunikasikan kepada masyarakat melalui berbagai kanal media,” ujarnya.  

 

Tiga Pilar

Sementara itu, Unilever telah memiliki Unilever Sustainable Living Plan sebagai strategi keberlanjutan. Head of Communication Unilever Indonesia Kristy Nelwan mengatakan, strategi ini awalnya terpisah dari strategi perusahaan. Ketika tujuan keberlanjutan sudah tercapai di tahun 2020, strategi keberlanjutan dan perusahaan tak lagi terpisah. Keduanya kemudian melahirkan Unilever Compass. “Unilever Compass merupakan panduan kami untuk menjalankan bisnis secara keberlanjutan,” ujarnya.   

Unilever Compass memiliki maksud (purpose) untuk membuat hidup keberlanjutan menjadi hal yang biasa. Unilever Compass ditopang oleh tiga pilar. Pertama, meningkatkan kesehatan planet (bumi). Kedua, meningkatkan kesehatan, percaya diri, dan kesejahteraan masyarakat.  Ketiga, berkontribusi pada dunia yang lebih adil dan inklusif secara sosial.

Di dalam tiga pilar tersebut, setiap brand di bawah payung Unilever memiliki purpose masing-masing. Misalnya, brand sabun, Lifebuoy, yang dikenal sebagai produk sanitasi dan kebersihan tangan. “Lifebuoy berkontribusi pada pilar kedua yakni kesehatan, percaya diri, dan kesejahteraan masyarakat,” ujar Kristy. (rvh)