Environment, social, governance atau dikenal dengan akronim ESG merupakan kerangka kerja (framework) tata kelola perusahaan dan investasi. Bukan semata-mata soal keberlanjutan (sustainability).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Demikian pernyataan Herry Ginanjar, pakar ESG, saat mengisi PR INDONESIA MEET UP #26 bertajuk “DEI & ESG dalam Praktik di Indonesia: Perspektif PR dan Keberlanjutan Bisnis Korporasi”, Jumat (18/3/2022).
Pada prinsipnya, kata pria yang juga pakar di bidang stakeholder mapping ini, ESG mempertimbangkan, mengukur, serta melaporkan tiga aspek. Antara lain, aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola bisnis. Selain, mempertimbangkan dari sisi keuangan seperti laba, pengeluaran, pertumbuhan, dan akuntansi.
Menurut Herry, ESG itu tentang stakeholder perusahaan, identitas, dan pengambilan keputusan. Sedangkan sustainability merupakan hubungan antara perusahaan dengan lingkungan.
Perbedaan
Nah, untuk memudahkan praktisi PR dalam membedakan antara ESG dengan sustainability, pria yang merupakan Stakeholder Engagement and Communication Advisor International Association for Public Participation (IAPP), itu menguraikan perbedaannya di bawah ini.
Pertama, ESG adalah framework investasi yang membantu investor eksternal menilai kinerja dan risiko perusahaan. Sementara sustainability merupakan framework untuk melakukan investasi modal internal.
Kedua, ESG didasarkan kepada standar yang ditetapkan oleh organisasi investasi dan pelaporan ESG. Contoh, PRI, TCFD, MSCI, dan GRI. Sedangkan standar sustainability ditetapkan oleh kelompok standar seperti Protokol GRK yang cenderung lebih berbasis sains dan standar.
Ketiga, satu dari tiga pilar ESG adalah sustainability, bersama dengan pertimbangan sosial dan tata kelola perusahaan yang lebih luas.
Keempat, ESG biasanya lebih relevan untuk perusahaan yang terdaftar di bursa investasi publik atau yang membutuhkan pendanaan dari investor institusi. Namun, dikarenakan semakin banyak bank hingga perusahaan jasa keuangan yang mengadopsi prinsip ESG, maka ESG semakin menjadi material bagi perusahaan rintisan dan organisasi lain berskala kecil.
Tiga Komponen
Pada dasarnya, kata pria yang menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Internasional Association of Risk and Crisis Communication (IARCC) itu, ESG terdiri dari tiga komponen dasar meliputi aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola.
Pertama, aspek lingkungan. Terdiri dari perubahan iklim dan emisi karbon, energi bersih dan hijau (efisiensi energi), krisis konservasi air, pencemaran udara dan air, keanekaragaman hayati, penggundulan hutan, penanganan limbah, serta 3R (reduce, reuse, recycle).
Kedua, aspek sosial. Di antaranya, kepuasan pelanggan, perlindungan data dan privasi, jenis kelamin dan keberagaman, keterlibatan karyawan, hubungan komunitas, hak asasi manusia, hingga standar tenaga kerja.
Ketiga, aspek tata kelola (governance). Antara lain, prinsip inti, komposisi dan tanggung jawab dewan, keuangan dan perbendaharaan, hubungan investor, serta rantai pasokan. Selain itu, terkait dengan audit, pengendalian internal, kepatuhan, kompensasi, etika, tindakan suap dan korupsi, kontribusi politik, lobi, serta skema pelapor (whistleblower).
Herry meyakini ada banyak peluang yang akan diperoleh organisasi aoabila mampu menjalankan prinsip ESG. Bukan saja mampu meningkatkan cerita positif, lebih dari itu mampu membahagiakan karyawan, memenuhi harapan pelanggan, kebutuhan penyandang dana, membuat perbedaan, menginspirasi organisasi lain, hingga tentu saja meningkatkan keuntungan.
Kepada para praktisi PR, ia berpesan agar terus menambah pengetahuan terkait isu ESG. Dari isu ESG yang penting di perusahaan, menemukan kesenjangan hingga strateginya. Kemudian, mengomunikasikannya dengan bahasa yang sama. (ais)
- BERITA TERKAIT
- PR Meet Up #27: Menyelaraskan antara Strategi Keberlanjutan dengan Perusahaan
- PR MEETUP #26: Ini Bedanya ESG dengan “Sustainability”
- PR MEETUP #26: Lebih Jauh tentang DEI
- PR MEET UP #24: Menjadi “Manusia” di Medsos
- PR MEET UP #24: Lima Keuntungan Memaksimalkan Data Medsos