Komitmen menjadi kabupaten yang berkelanjutan dan smart city membawa Musi Banyuasin menjadi Smart Green Regency.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) Herryandi Sinulingga secara tertulis kepada PR INDONESIA, Selasa (13/8/2019), brand tersebut merupakan implementasi dari visi Kabupaten Muba. Yaitu, “Menuju Muba Maju Berjaya 2022”.
Adapun komponen penyusunnya antara lain menyeimbangkan aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Ketiga aspek ini masuk ke dalam enam indikator smart city. Meliputi, smart governance, smart branding, smart economy, smart living, smart society, dan smart environment.
Selanjutnya, tugas Diskominfo menyusun dan menetapkan startegi komunikasi publik terkait dengan Smart Green Regency. Terdiri dari tema sentral, agenda setting, integrasi kampanye dan branding, serta kontinuitas.
Tema sentral yang dimaksud adalah menentukan pesan utama yang akan selalu disampaikan di berbagai kegiatan komunikasi publik serta turunan pesan untuk subkegiatan. Sementara agenda setting adalah menentukan agenda mengomunikasikan keunggulan dan randing kabupaten yang mampu menarik publik.
Dalam berkampanye dan melakukan branding pun dipastikan terintegrasi/terpadu dengan tema sentral yang sama melalui pencitraan kabupaten yang telah disusun. Tak kalah penting, berbagai program prioritas yang akan dikampanyekan harus berkelanjutan. Dengan strategi ini, Herryandi berharap tumbuh ketertarikan dan keterikatan dengan audiens yang dituju. Yaitu, masyarakat Muba, tamu pengunjung, dan pebisnis.
Antusias
Untuk meningkatkan awareness, mereka pun melakukan sejumlah aktivasi program. Salah satunya, berkampanye dengan mengusung tagar #MubaSmartRegency dan #MubaSustainableRegency. Puncaknya, saat kabupaten yang dipimpin oleh Dodi Reza Alex Noerdin sebagai Bupati ini ditunjuk sebagai tuan rumah Festival Kabupaten Lestari 2018. “Festival ini disambut antusias oleh masyarakat dan peserta,” ujarnya.
Untuk memperluas jangkauan, Diskomifo memaksimalkan seluruh kanal komunikasi, mulai dari media massa baik media cetak, media penyiaran, edia on-line, dan media luar ruangan, hingga media sosial. Namun upaya itu tak bisa maksimal selama titik blankspot telekomunikasi di Muba, terutama sinyal 4G masih menjadi isu. “Dalam kondisi wilayah yang luas, mencapai 14.265,96 km², pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sangat diperlukan untuk berkomunikasi dengan publik. Kami terus berkoordinasi dengan Kemenkominfo untuk mengatasi hal ini. Khususnya, terkait masih banyaknya blankspot di Muba,” ujarnya.
Sementara untuk meningkatkan partisipasi stakeholders mulai dari masyarakat hingga korporasi, Pemkab Muba membentuk Forum Corporate Social Responsibility yang diarahkan untuk mendukung city branding. “Melalui strategi ini kami melihat kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan, salah satunya melakukan aktivitas yang ramah lingkungan, semakin meningkat,” ujarnya. Bahkan, telah membuahkan hasil. Tahun 2019, untuk yang ke-12 kalinya, Kabupaten Muba menerima Piala Adipura. (rvh)
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi