Round Up: Program PR yang Menginspirasi dan Berdampak

PRINDONESIA.CO | Kamis, 26/05/2022 | 1.530
Program public relations (PR) merupakan proses kerja panjang yang terencana, terstruktur, dan terukur.  
Dok. Istimewa

Karya para insan PR di ajang the 7th PR INDONESIA Awards (PRIA) menunjukkan bahwa program public relations (PR) merupakan proses kerja panjang yang terencana, terstruktur, dan terukur.  

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Berdasarkan survei global yang dilakukan AMEC, praktisi PR dunia secara signifikan telah meninggalkan metode pengukuran berbasis advertising value equivalence (AVE). Hingga tahun 2021, hanya 5% praktisi PR yang masih menggunakan AVE. Dari survei ini juga menunjukkan program kerja PR pada dasarnya merupakan hasil karya dari serangkaian proses yang panjang, terencana, terstruktur, dan terukur. Mulai dari tahap perencanaan, implementasi, hingga evaluasi.

Tanpa adanya program kerja yang terencana, praktisi PR hanya akan mengandalkan insting. Kondisi ini tidak saja membuat PR kehilangan arah, tapi juga sulit memantau kinerja, mengukur sejauh mana kemajuan yang sudah dicapai dan hasil nyata yang sudah dihasilkan.

Sebab sejatinya, menurut Fardila Astari, Communications Director Rajawali Foundation, dalam menjalankan perannya, setiap insan PR bak sedang melakukan sebuah perjalanan (journey). Dalam mengawali perjalanan tersebut, sebaiknya dimulai dari riset. Praktisi PR juga hendaknya memahami positioning serta kontribusi yang dapat diberikan kepada organisasi/korporasinya. Untuk itu, mereka harus lebih dulu memahami profil perusahaan.

Selanjutnya, membangun strategi komunikasi berbasis specific, measurable, achievable, relevant, time-bound (SMART) objective yang didukung dengan melakukan aktivitas komunikasi melalui paid, earned, shared, owned (PESO) model. Kemudian melakukan monitoring dan evaluasi mengacu pada AMEC Measurement meliputi ouput, outtakes, outcomes, hingga level tertinggi, mampu memberikan impact.