Tragedi Kanjuruhan: Fokus pada Rencana Perbaikan ke Depan

PRINDONESIA.CO | Rabu, 04/01/2023 | 1.290
Kerusuhan antara suporter sepak bola dan aparat keamanan
Dok. Suryamalang

Tragedi di Stadion Kanjuruhan yang telah merenggut ratusan nyawa dan korban luka-luka merupakan krisis sepak bola akibat kegagalan dalam penanganan kerusuhan usai laga Arema FC berhadapan dengan Persebaya.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tanggal 1 Oktober 2022 menjadi catatan kelam bagi industri sepak bola tanah air. Kerusuhan suporter terjadi pascapertandingan Arema FC vs Persebaya yang berakhir dengan kekalahan tuan rumah Arema FC dengan skor 2-3. Ungkapan kekecewaan Aremania, sapaan untuk suporter Arema FC, yang turun ke lapangan selepas pertandingan dihalau dengan tembakan gas air mata (GAM) oleh aparat keamanan.

Padahal, jika merujuk pada Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Stadium Safety and Security Regulations pada Bab III dan pasal 19 soal Steward di pinggir lapangan, jelas dinyatakan bahwa adanya pelarangan penggunaan gas air mata di stadion. Aturan ini diambil berkaitan dengan perlindungan pemain dan official, serta ketertiban penonton. Namun, dalam kasus tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, seperti dikutip dari detik.com, 2 Oktober 2022, polisi berdalih bahwa penggunaan gas air mata pada pertandingan tersebut semata-mata karena penonton mengejar pemain sepak bola.