Tragedi Kanjuruhan: Fokus pada Keselamatan Anak

PRINDONESIA.CO | Sabtu, 07/01/2023
Penting untuk memetakan risiko, termasuk, risiko yang mungkin terjadi pada pendukung/penonton dari kalangan anak-anak
Dok. Pribadi

Dalam pertandingan sepak bola, pendukung dari kalangan anak termasuk salah satu yang berisiko terpapar segala bentuk kekerasan. Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari berbagai pihak untuk fokus pada keselamatan dan keamanan anak.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tragedi Kanjuruhan turut merenggut korban dari kalangan anak dan remaja, beserta mimpi-mimpi mereka. Salah satunya adalah Revano Prasetyo. Remaja berusia 15 tahun itu merupakan calon pemain sepak bola harapan bangsa. Ia merupakan pemain dari Klub Gestro Paranane FA. Di usianya yang ke-13, Revan—begitu ia karib disapa—tak hanya membawa klubnya meraih juara pertama, tapi juga terpilih sebagai pemain terbaik di Paranane Cup.

Menurut penuturan sang ayah, Vicencius Sari, seperti yang dikutip dari Narasi TV yang ditayangkan melalui kanal YouTube, 21 Oktober 2022, hari itu anaknya memang berpamitan untuk menonton klub kesayangannya, Arema FC, di Stadion Kanjuruhan. Ia merestui. Apalagi Revan juga memiliki motivasi lain di samping sekadar menonton pertandingan sepak bola. “Revan ingin belajar cara permainan para pemain sekaligus menyaksikan pertandingan yang profesional. Sebab, akhir Oktober ini, dia akan mengikuti Piala Soeratin,” katanya.

Selain itu, Revan bersama teman-temannya memilih tribun 13, salah satu tribun untuk keluarga dan anak-anak. Jadi, tak sedikit pun terlintas firasat buruk di benak Vicencius. Namun, siapa yang menyangka, insiden justru terjadi di tribun tersebut. Ya, seperti yang dilansir dari detik.com, 4 Oktober 2022, polisi melepaskan tembakan gas air mata ke arah tribun untuk membubarkan massa akibat adanya kericuhan pascapertandingan. Sontak penonton panik. Dalam kondisi sesak napas, mereka berhamburan dan berdesakan mencari pintu keluar. Hingga akhirnya, peristiwa itu pun memakan korban.