Meski di tengah ancaman resesi ekonomi, DANA Indonesia optimistis kekuatan dan keberlangsungan industri teknologi masih menyimpan potensi besar. Begitu pula dengan pembayaran digital.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ancaman resesi ekonomi sudah ramai berembus sejak September 2022, diikuti dengan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di beberapa industri, khususnya perusahaan layanan digital. Meminjam istilah Presiden RI Joko Widodo mengenai winter is coming saat membuka Annual Meeting Plenary Session di Bali, Jumat (12/10/2018), dinamika yang terjadi di pengujung tahun 2022 ini cukup untuk menggambarkan akan ada banyaknya masalah perekonomian yang menyebabkan ketidakpastian dan perlambatan ekonomi dunia.
Khusus industri teknologi, kondisi ini semakin menimbulkan pesimisme. Terutama, setelah adanya informasi mengenai turunnya valuasi perusahaan rintisan dan operasi bisnis, PHK, hingga sulitnya mendapatkan pendanaan. Menyikapi kondisi ini, DANA Indonesia tetap optimistis mengarungi tahun 2023. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Chief People & Corporate Strategy Officer DANA Indonesia Agustina Samara kepada PR INDONESIA, Kamis (29/12/2022). Menurutnya, kekuatan dan keberlangsungan industri teknologi masih menyimpan potensi yang besar. Optimisme ini datang dari pembayaran digital sebagai pintu masuk ekosistem ekonomi baru.
Pembayaran digital menawarkan solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Apalagi adopsi pembayaran digital masih belum merata. Dilansir dari liputan6.com, 9 Maret 2021, tercatat ada 95 juta penduduk dewasa Indonesia yang belum memiliki rekening bank. Sementara 47 juta lainnya sudah memiliki rekening bank, tetapi belum menikmati berbagai akses layanan keuangan.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi