Resesi dan Komunikasi: Intensif dan Repetitif

PRINDONESIA.CO | Minggu, 05/03/2023 | 1.422
Kementerian Perdagangan telah melakukan mitigasi risiko pelemahan pemintaan dunia yang dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kinerja ekspor.
Dok. kumparan

Perdagangan menjadi salah satu sektor yang paling terdampak dari kondisi perekonomian dunia yang tidak menentu. Kementerian Perdagangan telah melakukan mitigasi, termasuk strategi komunikasi, agar negeri ini tidak jatuh ke dalam jurang resesi.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Laporan International Monetary Fund (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2023 menunjukkan yang terlemah sejak tahun 2021. Bahkan, dalam laporan World Economic Outlook (WOE) terbaru edisi Juli 2022, IMF merevisi laporan tersebut dengan memangkas pertumbuhan ekonomi tahun 2023 dari sebelumnya 2,9% menjadi 2,7%.

Hal ini sejalan dengan meningkatnya risiko resesi ekonomi di sejumlah negara yang disebabkan oleh memanasnya hubungan dua negara antara Rusia dengan Ukraina. Di samping faktor pemulihan pascapandemi serta tekanan inflasi yang berpotensi menurunkan permintaan agregrat dunia.

Menurut Ani Mulyati, Kepala Biro Humas Kementerian Perdagangan (Kemendag) melalui pernyataan secara tertulis kepada PR INDONESIA, Jumat (30/12/2022), dampak yang akan ditimbulkan dari resesi ekonomi pada aspek perdagangan adalah melemahnya permintaan global. Hal ini akan berimplikasi pada tekanan terhadap harga-harga komoditas yang akan turut memengaruhi pertumbuhan perdagangan dan penerimaan ekspor.