Selain faktor lingkungan, minat dan pengalaman juga menjadi alasan utama perempuan memilih profesi sebagai public relations (PR).
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Ada banyak faktor yang memengaruhi perempuan memilih profesi sebagai public relations (PR). Salah satunya adalah faktor lingkungan yang datang dari keluarga dan pertemanan. Contohnya, Prita Gero, Marketing Communication Manager Santika Hotels & Resorts. Ayahnya yang seorang jurnalis memperkenalkan Prita kepada rekan sesama wartawan dari desk bisnis. Ia lantas bercerita mengenai pengalamannya berinteraksi dengan narasumber yang berprofesi sebagai PR. Praktisi PR berperan memberikan informasi yang jelas, solusi yang menenangkan, hingga harus memiliki wawasan yang luas. “Seru sekali,” pikir Prita kala itu.
Ketika kuliah, Prita memutuskan untuk mengambil Jurusan Public Relations di University of Canberra, Australia. Ia mengawali kariernya sebagai PR Officer di PT Luminary Prima pada 2012. Lalu, sebagai PR Coordinator di Santika Hotels & Resort tahun 2015. Hingga pada 2022, ditunjuk sebagai Marketing Communication Manager.
Tak sedikit yang beranggapan bahwa menjadi PR di industri perhotelan itu enak dan nyaman karena tidak banyak tuntutan, serta tidak harus kepanasan di lapangan. Padahal sebenarnya PR bukan profesi yang nyaman bagi perempuan, terutama yang sudah berumah tangga. Sebaliknya, menjadi PR di industri ini perlu komitmen dan support system yang kuat.
Sebab, ada kalanya mereka harus bekerja hingga larut malam, terutama apabila sedang ada event di hotel.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi