Kesetaraan gender membuat peluang perempuan menempati posisi strategis di dunia public relations (PR) makin terbuka lebar.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Semakin banyak praktisi public relations (PR) yang menempati posisi strategis di organisasi, termasuk di bidang komunikasi. Hal ini dirasakan oleh Pratiwi Astar, Senior Strategist Emerson Asia Pacific. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan PR perempuan yang memegang jabatan tertinggi, baik di instansi pemerintahan, BUMN, korporasi swasta, maupun multinasional.
Namun, Pratiwi berpendapat jabatan yang bagus itu tidak semata-mata berdasarkan faktor gender. Melainkan, dipengaruhi oleh pengetahuan yang bersangkutan, pengalaman berhadapan dengan massa, menangani krisis multidimensi, pengambilan keputusan yang melibatkan banyak pihak, dan masih banyak lagi.
Pernyataan Pratiwi diamini oleh Magdalena Wenas. Menurut perempuan yang merupakan Direktur LSP Manajemen Komunikasi ini, terbukanya kesempatan berkarier bagi PR perempuan dikarenakan saat ini sudah ada perubahan pemahaman mengenai fungsi dan peran PR di tengah masyarakat, yang awalnya hanya melihat dari pucuk gunung es—“manis-manis” saja—menjadi lebih dalam. Bahwa PR berperan krusial dalam hal mengelola berbagai aktivitas komunikasi mulai dari membuat guidelines, content planning, social research, monitoring, audience analysis, social capacity, measurement, return of investment (ROI), social media objectives, stakeholder participations, krisis, hingga masih banyak lagi.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi