Sekarang generasi Y dan Z bisa mengonsumsi informasi dari beberapa media berbeda di saat bersamaan. Kita harus melakukan pendekatan sebagai bentuk kesungguhan memahami keinginan pembaca.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Di zaman serba cepat butuh inovasi untuk mengolaborasikan antara media cetak dengan digital. Namun, sebelum hal itu dilakukan penting kiranya para pelaku media untuk melakukan riset terhadap kebutuhan pembaca. Hal inilah yang diungkapkan oleh Irfan Ramli, President Director Hakuhodo, dalam Seminar Nasional “Menggagas Model Bisnis Media Cetak Zaman Now” yang diselenggaran Serikat Perusahaan Pers (SPS) di Jakarta, Rabu (8/8/2018).
Berdasarkan data APJI 2017, konsumsi media on-line kini didominasi generasi rentang usia 19 – 34 tahun dan 13 – 18 tahun dengan total persentase 66,2 persen. Tentu pelaku media cetak tidak bisa serta merta melakukan peralihan ke digital tanpa menyesuaikan konten. “Kebiasaan membaca di tiap generasi berbeda, maka dari itu kita harus melakukan riset untuk memahami keinginan mereka,” ujar Irfan saat menyampaikan materinya yang berjudul “Apa Kabar Surat Kabar? Diskusi Mengenai Nasib Surat Kabar Masa Depan”.
Irfan mengakui jika melihat dari kaca mata iklan, harga iklan yang ditawarkan oleh media on-line memang jauh lebih murah ketimbang cetak. “Di koran, harga iklan setengah halaman sama dengan pendapatan iklan di media on-line selama dua bulan,” ujarnya seraya menambahkan sebagai pelaku agensi periklanan, mereka tidak hanya melihat dari jumlah page view, tapi juga inovasi dari media yang bersangkutan untuk menyesuaikan kontan sesuai dengan keinginan pembaca.
Di akhir presentasinya, Irfan juga mengingatkan agar media cetak untuk tidak ragu beriklan dalam rangka meningkatkan awareness. “Penerbit koran bisa menyuntikkan aplikasi koran ke game atau aplikasi lain yang dikonsumsi anak muda,” tutupnya. (rvh)
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi