Secanggih apa pun teknologi digital, PR-lah yang memiliki kompetensi memformulasikan data menjadi sebuah strategi komunikasi yang efektif.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Semenjak lahir teknologi data digital, pekerjaan public relations (PR) makin mudah. Mereka dapat menebar jaring kepada target yang dipastikan bakal menangkap umpannya. Dengan keberadaan SEO, big data, social media listening, PR mampu membuat pesan menjadi lebih spesifik, relevan, dan terukur. Dengan data pula, PR dapat mengetahui sentimen publik serta pengalaman pengguna (user experience).
Bicara soal teknologi data digital, menurut Head of PR and Brand Activation Mekari Rieka Handayani, tak perlu dipandang rumit. “Cukup kuasai dasar-dasar SEO keywords dan social media listening. Berkolaborasilah dengan tim digital marketing atau SEO specialist,” katanya saat dijumpai PR INDONESIA di Jakarta, Rabu (5/2/2020).
Merekalah yang akan menangkap percakapan di media daring. “Dari sana kita akan mengetahui konten apa saja yang memiliki engagement tinggi. Informasi tersebut selanjutnya menjadi bahan bagi PR dalam meramu konten agar relevan dengan isu yang sedang ramai dibicarakan di media sosial,” imbuhnya.
Jangan lupa, Rieka menggarisbawahi, strategi komunikasi baru berhasil jika kita mengetahui di mana audiens kita berada. Maka, lakukanlah pemetaan (stakeholders mapping). “Kalau audiens kita tidak main Instagram, ya, kita jangan ke sana,” ujar perempuan yang sebelumnya merupakan Head of PR Blanja.com itu. Jangan pula terlalu sibuk memikirkan alat dan infrastruktur yang harus dimiliki. “Sebaliknya, kenali dulu permasalahan dan kata kunci yang berhubungan dengan brand/produk kita,” imbuh ibu dari satu anak ini.
Sederhana
Untuk memulainya bisa dari cara yang sederhana. Salah satunya, menggunakan Google Trends. Platform ini memungkinkan penggunanya mengetahui grafik dan data statistik tentang isu yang sedang populer atau topik yang sedang hangat secara real-time.
Sementara untuk mendengarkan percakapan di medsos, namun belum memiliki cukup anggaran untuk bermitra dengan penyedia jasa social media listening tools, apalagi memiliki SEO specialist, gunakan saja TweetDeck.Twitter. Aplikasi desktop streamreader atau listening tools yang dimiliki Twitter. “Caranya mudah, kita hanya perlu memasukkan beberapa kata kunci,” katanya.
Penyedia platform berbasis cloud yang mengelola urusan HR, akuntansi, dan perpajakan ini adalah salah satu perusahaan yang menggunakan metode tersebut. Contoh, saat mereka hendak membangun awareness salah satu brand mereka, Talenta. Lewat TweetDeck.Twitter mereka mengetahui isu yang relevan dengan brand dan sedang hangat dibicarakan adalah Omnibus Law RUU Cipta Kerja.
Riding the moment. Mereka lantas menyelenggarakan gelar wicara dengan mengundang pihak terkait selaku narasumber dan HRD sebagai peserta. Sebelum hari H, mereka mengamplifikasi isu yang akan diangkat ke dalam bentuk teaser menarik dan video kreatif. Lalu, mendistribusikannya ke kanal-kanal komunikasi di mana target audiensnya berkumpul di sana. Usai acara, giliran Mekari memperkenalkan produk Talenta. “Jadi, informasi tentang Omnibus Law-nya dapat, awareness terhadap produk juga meningkat,” ujarnya.
Menurut Rieka, yang paling menantang itu bukan proses menghimpun datanya. Justru, setelah PR mendapatkan insight dari data, lalu meramunya hingga menjadi konten yang memiliki bunyi dan bernilai. (rtn/ais)
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi