PR MEET UP #23: Memperkuat “Positioning” di Era Normal yang Baru

PRINDONESIA.CO | Senin, 06/07/2020 | 8.228
Saat pandemi, PR jangan membuang waktu dengan memberikan informasi yang ambigu dan meresahkan.
Dok.Istimewa

Jadikan pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi perusahaan memperkuat positioning di mata stakeholder. Bagaimana caranya?

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO – Menurut founder and CEO LSPR Communication and Business Institute Prita Kemal Gani, upaya itu menjadi penting karena inilah masa di mana masyarakat kepo (rasa ingin tahu yang berlebihan) terhadap sesuatu, termasuk organisasi/korporasi/brand. “Ini akibat terlalu lamanya masyarakat berdiam di dalam rumah,” katanya saat menjadi pembicara di diskusi virtual PR INDONESIA Meetup #23 bertema “Adaptasi Kerja PR di Era New Normal”, Rabu (24/6/2020).

Caranya, kata Prita, lincah beradaptasi memaksimalkan berbagai platform media komunikasi. Serta, berkreasi melahirkan berbagai program serta konten yang mengandung unsur empati dan menggugah emosi. “Manfaatkan momentum ini agar perusahaan kita bukan hanya dikenal, tapi juga dikenang,” ujar PR INDONESIA Guru tersebut.

Prita lantas menyebut beberapa brand fashion ternama yang tergolong cepat merespons pandemi Covid-19. Sebut saja, Louis Vuitton (LV) yang memproduksi masker dan cairan antiseptik untuk dibagikan kepada para tentara yang menangani Covid-19. Sementara ZARA berbagai manfaat dan keceriaan dengan memproduksi Alat Pelindung Diri (APD) bermotif polkadot untuk tenaga kesehatan.

Menurutnya, ada tujuh kompetensi yang diperlukan PR di era normal yang baru. Pertama, jaringan global. “Sebagai bagian dari masyarakat global, PR harus memiliki kapabilitas dan cara berpikir yang global pula,” katanya. Kedua, etika dan profesionalisme, tepat waktu, akurat, bertanggung jawab, berpenampilan baik, santun, dan memiliki reputasi yang baik.

Ketiga, keahlian 360 derajat, mulai dari manajemen, kepemimpinan, wiraswasta, serta sumber daya. Keempat, keterampilan digital seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence), big data, 3D, dan algoritma. Tak kalah penting, keahlian di bidang keuangan dan anggaran, berbicara, serta menulis.

Kelima, kompetensi membangun relasi. Keenam, kemampuan negosiasi, persuasif, komunikasi dan manajemen krisis (precrisis, during crisis, dan postcrisis). Ketujuh, atribut seperti latar belakang pendidikan, akreditasi, sertifikasi, hingga keanggotaan organisasi.

 

Perkuat Internal

Senada dengan Prita. Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan PR Indonesia (APPRI) Sari Soegondo menggarisbawahi agar PR jangan membuang waktu dengan memberikan informasi yang ambigu dan meresahkan. Terlebih memaksakan mempromosikan sesuatu yang tidak relevan dengan situasi saat ini. “Pastikan perusahaan selalu menyesuaikan pesan dan sikapnya, menunjukkan solidaritas, serta lebih peka terhadap isu sosial dan kebutuhan publik mereka,” ujar co-founder dan CEO ID Comm itu.

Selain itu, imbuh Sari, era new normal menjadi kesempatan bagi praktisi humas untuk memperkuat budaya dan komunikasi internal perusahaan. Mulai dari mengawal kebijakan ketenagakerjaan, menguatkan soliditas karyawan, menangani lintas informasi, hingga keluhan menjadi lebih baik lagi. “Jaga transparansi komunikasi perusahaan seperti halnya menyosialisasikan apa yang sedang, telah dan akan dikerjakan. Ke mana arah perusahaan, dan keputusan apa yang akan diambil,” tutupnya. (ais)