Pandemi COVID-19 tidak hanya memengaruhi tren public relations (PR), tapi juga makin meningkatkan ekspektasi instansi/korporasi/stakeholder terhadap PR. Kondisi ini turut memengaruhi akademisi dalam mempersiapkan generasi penerus PR.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Seperti yang disampaikan oleh dosen Departemen Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Ummi Salamah kepada PR INDONESIA, Rabu (16/12/2020). Ummi merangkum banyak sekali dinamika yang terjadi selama pandemi yang turut memberi dampak terhadap aktivitas PR.
Ya, suka atau tidak suka, pandemi COVID-19 telah menjadi titik balik bagi semua sektor kehidupan, termasuk cara PR bekerja. Kebijakan bekerja dari rumah atau work from home (WFH), misalnya, membuat mobilitas praktisi PR menjadi terbatas, serta mengurangi interaksi yang bersifat langsung. Biasanya, praktisi PR memiliki banyak kendaraan untuk melakukan kampanye. Kini, hanya sebatas mengendarai infrastruktur digital.
Berkomunikasi dengan infrastruktur digital juga bukannya tanpa hambatan. Ketika karyawan berada di rumah, konsekuensinya, engagement berkurang. Perilaku ketika karyawan dari rumah juga berbeda dengan ketika mereka di kantor. Di rumah, pekerjaan kantor dengan rumah bercampur menjadi satu. Jam kerja pun menjadi lebih panjang. Kondisi ini mendorong korporasi untuk melakukan penguatan komunikasi internal. Peran dan fungsi komunikasi internal pun menjadi sangat penting.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi