Mendengarkan Isu

PRINDONESIA.CO | Selasa, 16/02/2021 | 1.641
Para pemimpin yang bijak dan berkualitas, akan selalu memandang isu sebagai sebuah alert warning system bagi dirinya maupun organisasi.
Dok.Istimewa

Salah satu karakter unggul yang dibutuhkan dari pemimpin adalah kemampuannya mendengarkan isu/rumor yang bergolak di tubuh organisasinya. Sekaligus cepat mengelolanya agar tidak berkembang menjadi krisis bagi organisasi maupun kepemimpinannya.

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ada banyak sumber krisis bagi sebuah organisasi atau korporasi. Salah satunya datang dari isu atau rumor yang tidak dikelola dengan baik. Isu, bisa saja benar, tapi umumnya tak lebih sekadar gosip yang tidak berdasar. Namun isu akan menjadi sulit dikendalikan ketika telah membesar. Menyebar luas ke banyak kalangan. Menjadi bahan pembicaraan (baca: pergunjingan) publik yang tidak pernah habis.

Karenanya, sebuah isu atau rumor butuh penanganan yang cepat sekaligus baik dan tuntas. Tidak boleh setengah-setengah mengelola isu, sebab akan berpotensi menghasilkan isu-isu turunan yang bisa jadi lebih berbahaya kategorinya dibanding isu awal. Lebih celaka lagi, jika penanganan isu tidak tuntas, bisa berimbas pada krisis yang menerpa organisasi maupun pemimpinnya.

Bayangkan sebuah lingkungan kecil di sebuah kompleks pemukiman. Di masa pandemi COVID-19 yang merebak di mana-mana, setiap warga pemukiman begitu sensitif dengan potensi penularan virus ini yang bisa menghinggapi kompleks mereka. Apabila ada satu atau beberapa warga yang sakit dengan gejala-gejala sepertihalnya COVID-19, maka isu pun akan segera beredar. Padahal, belum tentu si warga itu tertular COVID-19. Namun, gosip sudah terlanjur muncul.

Ada kebutuhan mengendalikan isu agar tidak semakin liar, tanpa penjelasan yang memadai. Sang pemimpin kompleks perumahan pun selayaknya harus segera turun tangan. Mencari tahu kebenaran isu yang berkembang luas. Sekaligus menenangkan warga bahwa isu sedang dikelola untuk mendapatkan kebenaran yang semestinya.

Dalam lingkungan yang lebih besar, dengan begitu banyak kepentingan berputar di sekitar sang pemimpin, pengelolaan isu menjadi lebih kompleks. Untuk tidak dibilang rumit. Butuh kehati-hatian yang ekstra, agar ketika melakukan penanganan isu bisa berlangsung dengan jernih. Tidak justru membawa dampak ikutan yang malah memperkeruh upaya klarifikasi dan penanganan isu.

 

Jangan Remehkan

Apapun, di organisasi kecil maupun besar, isu sekecil apapun tidak boleh dipandang remeh. Pandangan yang menyepelekan sebuah isu/rumor bisa berakibat fatal. Organisasi bisa runtuh, bangkrut, hanya karena meremehkan sebuah isu/rumor. Meremehkan, berarti tidak berbuat apa-apa. Padahal, isu sudah bergerak menjadi krisis.

Oleh karena itu, para pemimpin yang bijak dan berkualitas, akan selalu memandang isu sebagai sebuah alert warning system bagi dirinya maupun organisasi. Pemimpin seperti ini akan memilih jalan yang lebih humble. Mengecek sendiri kebenaran rumor. Memastikan rumor sebatas isu atau justru begitulah kebenaran yang terjadi.

Dari sinilah sang pemimpin kemudian bisa menggerakkan sumber daya yang dimilikinya untuk menyelesaikan isu/rumor dengan baik. Semakin cepat penanganan, maka biaya yang dibutuhkan juga semakin sedikit. Lebih efisien. Hasilnya? Sudah pasti sang pemimpin akan mendapat kredit dari warga atau publik yang dipimpinnya. Kepercayaan kepada pemimpin semakin tebal. Legitimasi memimpin juga kian melesat.

Namun jika sebaliknya? Ya, tunggu saja ganjaran distrust dari publik. Kursi kepemimpinan pun akan kian mudah goyang diterpa angin isu yang bertiup semakin deras. Tabik! (Asmono Wikan)