Perang Melawan Hoaks: Membunuh Hoaks dengan “Vaksin”

PRINDONESIA.CO | Minggu, 14/03/2021
Layaknya vaksin, inoculative communication adalah mengenalkan warga dengan serangan informasi hoaks yang bisa mengubah sikap mereka. Sehingga, masyarakat dapat menyajikan argumen yang melemahkan informasi itu.
Dok.Istimewa

Layaknya virus, hoaks juga memiliki penawar. Penawar itu bernama inoculative communication. Ia diyakini mampu melindungi masyarakat dari serangan hoaks.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Nielsen dan UNICEF, sepertiga dari masyarakat Indonesia terperangkap hoaks. Hal ini diindikasikan dari respons mereka yang menyatakan selama ini tidak pernah mendapatkan hoaks. “Respons ini adalah indikasi bahwa mereka belum menyadari adanya informasi-informasi yang menyesatkan,” ujar Risang, praktisi komunikasi interpersonal, saat mengisi web seminar bertajuk “Melawan Disinformasi COVID-19”, Jumat (29/1/2021)

Merujuk studi-studi interpersonal terdahulu, dalam proses penyebarannya, hoaks termasuk ke dalam two-step flow model. Two-step model adalah informasi yang bersumber dari media, sampai kepada opinion leader, lalu diamplifikasi ke masyarakat.

Peran opinion leader sangat besar di dalam two-step flow model ini. Sebab, jika sebelumnya opinion leader hanya menyebarkan informasi dari media massa, sekarang mereka menyebarkannya berdasarkan apa yang mereka baca dari media sosial. Jadi, Risang melanjutkan, yang berpengaruh besar justru bukan media, melainkan opinion leader yang mengamplifikasi pesan ini.