Di tengah pandemi, setiap instansi/korporasi hendaknya mengenyampingkan kepentingan kelompok. Sebaliknya, mengedepankan kepentingan bersama agar dapat melihat perspektif lebih luas sehingga pandemi bisa segera teratasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Demikianlah pendapat yang dikemukakan Ketua Umum BPP PERHUMAS Agung Laksamana saat mengisi diskusi MAW Talk “Satu Tahun Pandemi Bagaimana Wajah Komunikasi Publik Kita?” Jumat (26/2/2021). Menurutnya, untuk sampai di tahap itu dibutuhkan ketajaman negosiator yang mampu merangkul seluruh elemen masyarakat agar mereka memiliki kepedulian dan kesadaran kolektif untuk bersama-sama mengatasi pandemi COVID-19.
Untuk itu, perlu dibangun pola komunikasi kolaboratif dalam mencapai tujuan bersama. Ia menganalogikannya dengan musik jazz di mana ada konduktor yang memimpin pertunjukan dan partitur/narasi yang disiapkan. Tapi, semua yang terlibat bisa berimprovisasi dengan nuansanya masing-masing. Sementara suara yang dikeluarkan mampu menghasilkan irama dan lagu yang senada.
Menurut pria yang juga merupakan Corporate Affairs Director APRIL Group itu, keberhasilan komunikasi kolaboratif salah satunya ditentukan dari cara kepemimpinan seorang pemimpin/konduktor. “Konduktor yang baik harus ajek. Dia juga harus mampu memastikan setiap pemain memahami partiturnya masing-masing,” ujarnya. Jika dikaitkan ke dalam tatanan yang lebih mikro, yakni organisasi atau perusahaan, maka CEO-lah yang memegang peranan penting untuk memastikan perusahaan mampu bertahan di tengah krisis pandemi.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi