Efisiensi anggaran selama pandemi menjadi tantangan tersendiri bagi praktisi PR. Namun, sejatinya hal ini tak menjadi hambatan. Sebaliknya, memacu kreativitas PR untuk memaksimalkan berbagai digital platform terbaru.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Begitulah pendapat CEO H+K Indonesia Marianne Admardatine saat mengisi acara MAW Talk bertajuk “Satu Tahun Komunikasi Mengawal Pandemi: Sudah Tepatkah Strategi PR Kita?”, Kamis (25/2/2021). Marianne mengatakan, praktisi public relations (PR) tidak boleh terpaku pada anggaran yang terbatas. Sebaiknya, mereka harus fokus pada aktivitas yang dapat dilakukan dengan anggaran yang tersedia.
Alih-alih terjebak pada pola komunikasi dan pendekatan lama, menurut Marianne, inilah momentum bagi para pelaku PR untuk membuka pola pikir (mindset) dan wawasan (insight) yang baru. Apalagi cara dunia bekerja tak akan lagi sama meski kelak pandemi berakhir. “Maka, jadikan pandemi ini untuk melihat hal-hal yang baru yang lebih kreatif, tapi tidak memerlukan anggaran besar,” ujarnya.
Sayangnya, selama pandemi, ia melihat praktisi PR baik instansi maupun korporasi masih berkutat menggunakan dua digital platform yang sama untuk berkomunikasi secara daring. Yakni, Zoom dan Microsoft Teams. Padahal masih banyak alternatif lain.
- BERITA TERKAIT
- Navigator Strategis di Tahun Politik
- Saatnya PR Unjuk Gigi di Masa Pemilu
- Pemilu dan Tren Isu yang Memengaruhi Strategi PR
- Top Isu yang Wajib Diwaspadai Humas Pemerintah Sepanjang 2024
- Pentingnya PR Membangun Narasi untuk Bumi yang Lebih Baik