Setahun Pandemi: Merengkuh Kembali Kepercayaan Wisatawan

PRINDONESIA.CO | Sabtu, 08/05/2021 | 1.062
Setidaknya, ada tiga strategi yang dibutuhkan untuk membangun kembali reputasi pariwisata tanah air. Yakni, strategi push, pull, dan pass.
Dok.Istimewa

Memasuki masa pemulihan ekonomi nasional, pariwisata yang merupakan sektor paling terpukul selama pandemi COVID-19 harus menekan tombol restart (menyalakan ulang). Lantas, harus dari mana mulainya?  

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Ketua Program Studi Manajemen Informasi dan Komunikasi (MIK) Pascasarjana Universitas Sahid (Usahid) Hifni Alifahmi, sektor pariwisata Indonesia perlu melakukan destination rebranding. Seperti halnya kampanye “Restarting Tourism” yang digagas Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO) pada akhir tahun 2020. “Sektor pariwisata harus memformat, mengkaji, dan mulai lagi dari awal,” kata Dewan Pakar PERHUMAS saat mengisi acara webinar “Kolaborasi Hexahelix Komunikasi untuk Bangkitkan Pariwisata Negeri”, Sabtu (27/2/2021).

Selama proses restrukturisasi, seluruh lintas sektor harus bahu membahu memulai babak baru dengan mengedepankan beberapa prinsip. Di antaranya, keberlanjutan, mendorong perubahan (inovasi), kolaborasi, keberagaman (diversity), dan pentingnya memberdayakan serta meningkatkan kesejahteraan warga sekitar destinasi wisata.

Fahmi, begitu Hifni Alifahmi akrab disapa, menjabarkan tujuh komponen kunci untuk destination rebranding. Pertama, mengawalinya dengan visi pariwisata. Visi ini menjadi penting untuk mengembalikan reputasi dan kepercayaan publik terhadap pariwisata tanah air. Menurutnya, tagline Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia yang digaungkan selama ini sudah tepat dan perlu dipertahankan.