Sektor layanan atau jasa, termasuk komunikasi, sangat bergantung pada situasi ekonomi makro. Maka, jika para pengguna layanan/jasa konsultan public relations (PR) terdampak COVID-19, otomatis mereka pun akan merasakan hal serupa.
Oleh: Verlyana (Veve) Hitipeuw
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Maka, untuk meminimalisasi dampak tersebut, penting bagi kami selaku konsultan public affairs dan komunikasi untuk melakukan mitigasi isu. Jauh sebelum kasus pertama COVID-19 masuk ke Indonesia, Kiroyan Partners telah melakukan serangkaian mitigasi isu. Tepatnya, sejak WHO menyatakan wabah korona yang ditemukan di Wuhan, Cina sebagai darurat kesehatan global.
Upaya mitigasi yang dilakukan mulai dari memantau beragam isu yang sedang atau akan berpotensi memberi dampak, menganalisis isu, hingga memberikan rekomendasi kepada klien. Melalui media monitoring, saya ketika itu meminta tim untuk mencari referensi bagaimana perusahaan lain baik di dalam maupun luar negeri merespons kondisi ini. Khususnya, terkait penerapan prosedur protokol kesehatan bagi karyawan mereka.
Bahkan, jauh sebelum Pemprov DKI Jakarta memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kami telah menerapkan kebijakan bekerja dari rumah bagi seluruh karyawan. Tepatnya, 16 Maret 2020. Keyakinan itu juga didukung dengan kesiapan dari sisi infrastruktur internal yang menunjang sistem kerja fleksibel sejak dua tahun silam. Semua ini kami lakukan karena perusahaan menempatkan posisi untuk mendahulukan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan karyawan selama pandemi berlangsung.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi