Setahun Pandemi: Pembelajaran dari Cara Baru

PRINDONESIA.CO | Senin, 14/06/2021
Dibutuhkan para komunikator yang memiliki perilaku dan pola pikir yang dapat mencegah reaksi berlebihan terhadap krisis. Serta, mengetahui bagaimana mengelola (how to handle) dan menghadapi tantangan ke depan.
Dok.Istimewa

The world is changing. Di masa pandemi, selain mengubah strategi bisnis, perusahaan juga harus mengubah strategi komunikasinya. Strategi komunikasi yang selama ini sudah terpola di tubuh perusahaan bahkan menjadi budaya internal, semuanya berhenti sejak setahun yang lalu begitu pandemi mulai.

Oleh: Okty Saptarini, Corporate Secretary PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk.

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Budaya itu berupa upaya manajemen untuk selalu meluangkan waktu mendengar dan mencari tahu apa saja yang menjadi isu-isu internal melalui diskusi dan pertemuan tatap muka atau face to face. Selanjutnya, menggali seluruh keinginan dan harapan karyawan dengan indepth interview, participative dalam cross information top and down.

Budaya komunikasi itu berubah melalui sistem baru dan cara komunikasi yang juga baru dalam bekerja. Tentunya hal ini tidak mudah. Bisakah cara berkomunikasi secara normal itu kembali setelah pandemi? Jika COVID-19 terus berlanjut, pasti ada cara komunikasi baru, dibutuhkan inovasi yang relevan dengan situasi yang ada.

Sepanjang satu tahun terakhir ini, seluruh orang telah memeras otaknya sangat ekstrem dan dipaksa untuk lebih mau berupaya. Berpikir apa yang dapat dilakukan saat ini dan yang akan terjadi di masa depan. Ada ketidakpastian tentang kapan selesainya pandemi. Sementara perusahaan harus tetap survive dan menjamin keberlangsungan hidup karyawan dan seluruh stakeholder. Tapi bagaimana caranya?