Masih jelas dalam ingatan, awal Februari 2020, industri farmasi BUMN mencatatkan sejarah meresmikan Holding BUMN Farmasi. Sebulan setelahnya, Indonesia berhadapan dengan pandemi COVID-19.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Perusahaan farmasi yang tergabung dalam Holding BUMN Farmasi tersebut di antaranya PT Bio Farma (Persero), PT Kimia Farma (Persero) Tbk, dan PT Indofarma (Persero) Tbk. Adapun Bio Farma ditunjuk sebagai induk holding, sementara Direktur Utama Bio Farma menjadi Direktur Holding BUMN Farmasi.
Pada saat konferensi pers di hadapan awak media kala itu, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, pembentukan holding ini tak lain bertujuan untuk memperkuat kemandirian industri farmasi nasional. Nantinya, Bio Farma fokus di dunia bioteknologi, khususnya vaksin dan antisera. Kimia Farma di chemical, sedangkan Indofarma di bidang herbal dan alat-alat kesehatan.
Proses holding sudah pasti membutuhkan perjalanan panjang. Selain urusan pengalihan saham atau crossing saham, ada hal fundamental lain yang mesti diselaraskan. Terutama, soal nilai dan budaya kerja masing-masing perusahaan, hingga yang tak kalah penting adalah dukungan dari internal karyawan. “Seluruh pasukan di setiap perusahaan harus memahami maksud dan tujuan penggabungan, dampak penggabungan terhadap proses bisnis dan cara mereka bekerja, serta manfaat yang akan diberikan dengan adanya holding ini,” ujarnya ketika itu.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi