Perasaan takut ketinggalan informasi dan tidak update, atau identik dengan istilah FOMO (fear of missing out), memang menjadi ciri khas Gen Z—generasi yang lahir tahun 1997 – 2012.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Fakta ini dibenarkan oleh Esty Nadya Rafyanti. Analis Informasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) yang tahun ini menginjak usia ke-25 itu sangat mengandalkan keberadaan media sosial, baik untuk mengikuti perkembangan tren, menyerap informasi, update kehidupan sosial, maupun urusan pekerjaan. “Bagi saya, media sosial adalah medium utama dan menjadi andalan. Mulai dari sekadar untuk mencari berita, mengikuti tren, bahkan pekerjaan saya juga sangat dekat dengan media sosial,” ujarnya kepada PR INDONESIA melalui sambungan telepon, Senin (21/6/2021).
Menurutnya, sangat mudah untuk mencuri atensi Gen Z di digital platform khususnya media sosial. Khususnya, bagi para praktisi komunikasi atau public relations (PR). Pertama, ia mengimbau agar PR memastikan topik/isu yang diangkat dekat dan relevan dengan kehidupan sehari-hari mereka. Pastinya, harus sesuai dengan tren yang sedang berkembang di kalangan Gen Z. Atensinya akan semakin tinggi, apabila dikemas dengan pendekatan humor, meskipun satir, lalu dibalut ke dalam bentuk meme. Jadi, meskipun isu yang diangkat cukup berat, seperti politik, Gen Z dapat dengan mudah menerima dan memahami apabila dikemas dan dibawakan secara ringan.
Humor Satir
Namun, Esty menekankan, sebaiknya si pembuat pesan menghindari strategi membuat konten humor yang menyinggung atau mencela pihak tertentu. Sebaliknya, lebih baik fokus pada upaya memanusiakan konten. Karena, ada kalanya generasi muda lebih tertarik dengan konten yang bersifat “receh”. “Jadi, pada saat mereka membaca, konten itu tidak mengandung muatan yang mampu menyulut emosi. Namun, mereka tetap dapat menangkap maksud dari si pemberi pesan,” ujar ICON PR INDONESIA 2020 – 2021 itu.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi