Sebagai jembatan antara mitra layanan dengan pelanggan, Traveloka dituntut mampu menawarkan solusi inovatif secara empatik. Terlebih, di masa sulit seperti pandemi. Cara ini selaras dengan nilai-nilai perusahaan.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Sektor jasa travelling dan hospitality seperti Traveloka menjadi salah satu sektor yang paling terdampak selama pandemi COVID-19. Apalagi dengan adanya pembatasan mobilitas. Bisnis pariwisata dan segala pendukungnya terpuruk. Bahkan bagi Traveloka, keterpurukan itu tidak hanya menimpa korporasi, namun juga dirasakan oleh para mitra.
Apalagi semenjak perusahaan tersebut bertransformasi menjadi lifestyle super apps. Bukan hanya layanannya yang bertambah mulai dari menyediakan pemesanan penerbangan, akomodasi, atraksi, kuliner, sampai keuangan, tapi juga mitra mereka. “Di masa pandemi yang berkepanjangan ini, tak sedikit dari mereka yang terpaksa gulung tikar,” ujar Head of Corporate Communications Traveloka Reza Amirul Juniarshah saat diwawancarai PR INDONESIA secara virtual, Sabtu (21/8/2021)
Ekspektasi publik dan mitra terhadap Traveloka sebagai bagian dari solusi di masa pandemi juga tinggi. Sebab, korporasi yang tengah bersiap melantai di bursa saham Amerika Serikat, Wall Street, tersebut merupakan perusahaan berbasis teknologi tingkat tinggi. Sementara di masa ini, teknologi diyakini mampu menjadi enabler yang paling efektif.
- BERITA TERKAIT
- Mengintip Gaya Komunikasi Publik Pemerintahan Prabowo – Gibran
- Komunikasi Publik Era Jokowi: Gaya Berbeda dengan Banyak Catatan
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"