Asuransi Astra sudah mengimplementasikan komunikasi empatik jauh sebelum pandemi. Sebab, mereka meyakini komunikasi empatik adalah bagian dari upaya “memanusiakan” brand. Layaknya manusia, brand juga memiliki tujuan, jiwa dan aksi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Mungkin, kita seperti juga yang lain, tidak menyadari apabila asuransi merupakan salah satu sektor yang juga terdampak pandemi. Sebagai perusahaan yang menjual kepercayaan dan belum dianggap sebagai kebutuhan primer, tak sedikit dari masyarakat memilih untuk menunda sementara waktu melanjutkan pembayaran asuransi atau menahan rencananya memiliki asuransi hingga masa pandemi usai dan perekonomian mereka kembali pulih. Hal serupa juga dirasakan oleh Asuransi Astra.
Meski demikian, kondisi tersebut tidak lantas membuat perusahaan yang beroperasi sejak 1956 itu mengurangi apalagi berhenti membangun komunikasi dan relasi dengan stakeholder-nya. Justru, menurut Head of Communication & Customer Service Management Asuransi Astra L. Iwan Pranoto kepada PR INDONESIA via virtual, Rabu (18/8/2021), inilah saatnya bagi mereka untuk melakukan investasi kebaikan.
Iwan menyadari di masa pandemi ini komunikasi empatik tidak dapat langsung memberi dampak finansial bagi perusahaan. Namun, langkah ini ibarat menanam benih baik yang manfaatnya akan dirasakan di masa depan. “Kami fokus pada return on objective,” katanya.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi