Akibat mengikuti tren investasi tanpa didasari pengetahuan mumpuni, alih-alih mendapatkan keuntungan tinggi, yang ada malah merugi. Bahkan, hingga terjerat utang karena terjerumus dalam investasi bodong.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Miris. Namun, begitulah fakta yang kerap terjadi di masyarakat kita. Akses terhadap penggunaan produk keuangan (inklusi) yang terus meningkat, tidak selamanya membawa dampak positif. Apalagi jika tidak dibekali dengan pemahaman (literasi) keuangan dengan baik.
Inilah yang masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Yakni, membentuk masyarakat agar tidak hanya memiliki pemahaman, tetapi juga sikap dan perilaku yang benar terhadap pengelolaan keuangan. “Sehingga, masyarakat Indonesia bisa sehat secara finansial atau financially fit,” ujar Duhita Rahma Mahatmi, Corporate Communication Head Bank OCBC NISP, Senin (27/9/2021).
Latar belakang itulah yang menginisiasi OCBC NISP untuk menggeser pola pikir masyarakat yang tadinya ingin menjadi kaya (getting rich) ke arah menjadi sehat (getting fit). “Pola pikir menjadi kaya itu relatif atau tidak bisa diukur. Sementara sehat secara finansial memiliki pengukuran tersendiri dan jelas. Mulai dari tabungan, dana darurat, proteksi, hingga investasi,” katanya.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi