Tingkat literasi keuangan dua kali lipat lebih rendah dibanding tingkat inklusi keuangan di Indonesia. Hal ini menandakan adanya tugas besar bagi semua pihak untuk berpartisipasi aktif dalam meningkatkan literasi keuangan dan menjangkau segmen unbanked.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Executive Director Head of GSMC PT Bank DBS Indonesia Mona Monika berpendapat sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memberikan literasi keuangan secara merata merupakan sebuah tantangan yang tidak mudah untuk Indonesia. “Saya melihat isunya lebih kepada jangkauan atau akses ke masyarakat yang secara geografis memang berada di daerah yang jauh dari layanan perbankan,” ujarnya kepada PR INDONESIA secara tertulis, Jumat (24/9/2021).
Rendahnya pengetahuan tentang literasi finansial membuat masyarakat cenderung memiliki tantangan dalam mengelola keuangan, seperti menabung dan berinvestasi. Bahkan, kurangnya pemahaman juga meningkatkan keluhan yang ditujukan kepada industri perbankan dan terjadi kesalahan dalam penggunaan fitur dan layanan perbankan. Mereka pun menjadi rentan terhadap praktik penipuan. Misalnya, mudah memberikan OTP kepada pihak lain hingga melakukan klik terhadap tautan-tautan yang dikira merupakan bagian dari layanan perbankan.
Maraknya pertumbuhan perbankan digital juga terancam memiliki penetrasi yang rendah apabila masyarakat memiliki tingkat literasi finansial yang minim. Padahal perbankan digital mampu menjangkau masyarakat lebih luas.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi