Round Up: "Tren PR 2022: Data, Etika, dan Empati"

PRINDONESIA.CO | Selasa, 04/01/2022 | 2.135
Tingginya penggunaan teknologi baru menimbulkan kekhawatiran baru bagi para praktisi komunikasi. Sebab, belum banyak praktisi PR yang memiliki pengetahuan mumpuni mengenai etika komunikasi.
Dok.PR Indonesia

Jika negeri ini berhasil mengendalikan jumlah kasus pascanaturu (natal dan tahun baru), maka era endemi bukan lagi sekadar wacana. Perubahan ini tentu akan mengubah cara manusia beraktivitas dan bekerja, termasuk PR. Apa saja yang harus dipersiapkan?

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Tahun 2022 tinggal menghitung hari. Sejumlah harapan dan rencana sudah dirancang oleh para praktisi public relations (PR) dengan berkaca dan belajar dari beragam peristiwa yang sudah dilalui selama tahun 2021. 

Survei LexisNexis bersama dengan PRWeek baru-baru ini menunjukkan betapa pentingnya data bagi para profesional PR ke depan. Survei dilakukan kepada 304 responden PR dari lintas negara seperti Spanyol, Italia, Jerman, Prancis, Rusia, UEA, Mesir, dan Amerika Serikat. Hasilnya, 80% responden sepakat data membantu meningkatkan efektivitas kampanye dan memahami perilaku target audiens. Sementara 54% responden setuju data sangat berharga bagi mereka untuk mengatasi krisis komunikasi apa pun sejak awal.  

Meski tak menampik besarnya manfaat data untuk mendukung pekerjaan PR, sayangnya belum semua praktisi PR tugasnya berbasis data. Sebanyak 4% responden beralasan terhambat anggaran. Sementara 27% lainnya berpendapat mereka tidak punya cukup waktu untuk mendapatkan dan menjalankan proses pengumpulan data dalam sehari.