Komunikasi ke depan masih akan diwarnai dengan pengelolaan perubahan (change management) dan optimalisasi teknologi digital untuk kepentingan produksi, distribusi, serta konsumsi informasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Hal inilah yang diungkapkan oleh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia Ummi Salamah kepada PR INDONESIA dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/10/2021). Ia mengatakan, kondisi pandemi ini sarat dengan karakteristik yang dikenal dengan istilah volatility, uncertainty, complexity dan ambiguity (VUCA).
Perubahan yang terjadi cenderung sangat cepat dan relatif sulit ditebak sehingga PR perlu menaruh perhatian pada komunikasi berbasis risiko. Tulang punggung dari pengelolaan risiko adalah data. “Data yang akurat, presisi dan didapatkan melalui metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan adalah langkah awal untuk setiap organisasi dalam mengambil keputusan,” ujarnya. Oleh karena itu, pengukuran dan analisis akan berperan semakin sentral.
Menurut Ummi, tantangan yang akan dihadapi tentu terkait dengan upaya melakukan navigasi terhadap perubahan dan kesiapan adopsi teknologi informasi dan komunikasi. Perubahan dan kecenderungan manusia dalam menghadapi perubahan tentu punya implikasi terhadap karakteristik komunikasi yang akan disampaikan kepada khalayak target.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi