Tren PR 2022: Teknologi, Empati, dan “Human Interest”

PRINDONESIA.CO | Jumat, 14/01/2022
Di masa datang, PR dituntut mahir dalam hal perencanaan, eksekusi, dan monitoring program komunikasi, sehingga dapat terus melakukan evaluasi dan menyusun program komunikasi sesuai preferensi/kebutuhan audiens.
Dok.Istimewa

Tak dapat dipungkiri, berkah terselubung di balik krisis pandemi COVID-19 ialah mampu mempercepat proses transformasi komunikasi dari konvensional ke digital dalam waktu singkat. Perubahan ini akan terus berlanjut hingga tahun 2022 dan seterusnya.

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Head of Corporate Communications PT Astra International Tbk Boy Kelana Soebroto menyoroti terjadinya banjir informasi, baik itu informasi akurat maupun hoaks akibat aktivitas komunikasi yang berbondong-bondong beralih ke digital platform. Tujuannya, tak lain untuk selalu terhubung dengan audiens masing-masing. Di sisi lain, kondisi ini membuat akses data menjadi tidak terbatas sehingga memungkinkan PR untuk membuat program-program komunikasi secara lebih personal.

Tantangan PR selanjutnya adalah menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas konten dari sudut pandang yang berbeda, hingga mampu bersaing dengan berbagai digital platform untuk merebut atensi publik. “Pada saat seperti ini, fungsi komunikasi perusahaan tidak boleh berhenti, tetapi justru harus lebih aktif untuk mengomunikasikan berbagai hal yang dilakukan perusahaan,” ujarnya kepada PR INDONESIA secara tertulis, Kamis (14/10/2021).

Hal terpenting yang harus dipersiapkan PR ke depan adalah tidak hanya memiliki kemampuan high tech atau mahir dalam mengoperasikan perangkat teknologi. Lebih dari itu, memiliki sisi empati dan human interest yang tinggi. Dengan menggabungkan ketiga kemampuan tadi, saat berkomunikasi kepada pemangku kepentingan internal maupun eksternal, PR dapat dengan mudah memperoleh kepercayaan dari mereka.