PESO: Kanal Berbeda, Pesan Kunci Sama

PRINDONESIA.CO | Rabu, 19/01/2022
Untuk mengetahui kanal mana yang paling dibutuhkan, H+K Strategies memperkenalkan istilah story sphere methodology. Yakni, metode yang dapat menentukan bagaimana sebuah pesan atau cerita bisa didiseminasikan ke masing-masing kanal PESO.
Dok.H+K Strategies Indonesia

Ada tiga hal penting yang harus diperhatikan para praktisi PR ketika hendak mengaplikasikan empat kerangka model PESO (paid, earned, shared, owned) media. Apa saja?

 

JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Managing Director Hill+Knowlton (H+K) Strategies Indonesia Harry Deje, ketiga hal itu meliputi menetapkan tujuan awal, menentukan key performance indicator (KPI), serta mengetahui cara mengukur KPI.

PESO sendiri, kata Deje, dapat didefinisikan sebagai kanal komunikasi public relations (PR) yang dibagi berdasarkan kemampuannya untuk mengomunikasikan (deliver) dan mempunyai isi (contain) berdasarkan penggunaan medianya. Sebut saja, paid media atau media berbayar yang mencakup semua bentuk iklan di berbagai media. “Sehingga, isi konten bisa kita create sesuai dengan kebutuhan brand/korporasi,” imbuhnya kepada PR INDONESIA, Selasa (16/11/2021).

Lain halnya dengan earned media atau promosi gratis. Karena sifatnya tidak berbayar, maka PR perlu melakukan pitch content. Yakni, dengan cara mengirimkan gambaran singkat atau teaser dari brand atau event kepada media/influencer. Tujuannya, agar mereka tertarik untuk mengangkat isu terkait. Seperti halnya liputan pada media besar, kutipan artikel, wawancara, ulasan dari pengguna, hingga komentar positif pada konten media sosial perusahaan.