PESO menjadi suatu tools PR yang sangat bermanfaat dalam menjalankan komunikasi dengan berbagai media untuk mencapai tujuannya dalam melaksanakan kampanye terintegrasi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Menurut Head of Marketing Communications IndiHome Afifudin, sebelum adanya media sosial, industri PR dan pemasaran adalah dua hal yang berbeda dan jarang bersinggungan. “Jika seorang marketer fokus pada strategi media yang kreatif dan berbayar, maka PR berfokus pada hubungan baik dengan wartawan tanpa berbayar,” katanya kepada PR INDONESIA, Senin (22/11/2021).
Namun, seiring perkembangan media sosial membuat PR dan pemasaran menjadi hal yang bersinggungan. Hal ini membuat model paid, earned, dan owned (PEO) akhirnya tak lagi relevan. Hingga akhirnya pakar pemasaran digital, Gini Dietrich, melahirkan model baru, yakni paid, earned, shared, dan owned (PESO).
Afif, begitu pria ini karib disapa, melanjutkan, PESO sangat penting untuk diimplementasikan dalam program komunikasi PR. Hal ini dikarenakan setiap channel PESO memiliki keunggulan dan keunikan masing-masing dalam menyampaikan pesan perusahaan ke target spesifik.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi