Dua tahun terakhir ini bukan masa yang mudah bagi sektor agensi public relations (PR). Seperti juga yang lain, sektor yang merupakan bagian tak terpisahkan dan turut berkontribusi dalam perkembangan industri PR di tanah air ini, menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan telak selama pandemi.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Ada banyak perubahan yang begitu cepat sejak awal pandemi, kenormalan baru, hingga memasuki masa endemi. Perubahan ini berdampak pada perilaku, ekspektasi, hingga kebutuhan baru para klien. Pada akhirnya, mendesak pelaku agensi PR untuk segera beradaptasi, menguasai kompetensi baru, berkolaborasi, dan jeli melihat peluang.
Meski awalnya tidak mudah, namun memasuki awal 2021, berdasarkan pengamatan PR INDONESIA, perlahan-lahan kondisi bisnis agensi PR mulai membaik. Para pelaku agensi PR sudah mulai menemukan pola, bentuk, dan formulasi bisnis baru. Bahkan, tak sedikit pula agensi PR baru yang justru lahir dan bertumbuh di masa pandemi dengan memanfaatkan segmentasi pasar yang selama ini jarang tersentuh.
Ya, setiap agensi ini memiliki kisah dan resepnya sendiri. Salah satunya Kandi Imaji. Tidak mudah bagi agensi PR lokal ini untuk beradaptasi dan berdamai dengan keadaan. Mengingat mereka sedang aktif berkembang, bahkan menambah armada baru. Isu lain pun berkembang antara lain kerap terjadi miskomunikasi, menurunnya rasa memiliki, meningkatnya potensi konflik dan turnover karyawan. Ketika situasi berangsur membaik, mereka pun segera mengaktifkan kembali budaya kerja sebelum pandemi. Di samping, melakukan evaluasi secara berkala, berkolaborasi dan aktif berinovasi untuk menciptakan demand baru.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi