Selama hampir dua tahun mengarungi derasnya arus pandemi COVID-19, agensi PR tumbuh menjadi industri yang jauh lebih solid. Sementara APPRI sebagai organisasi menjadi lebih matang dalam mengayomi para anggotanya agar mereka dapat terus bertumbuh dan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan indusri PR.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Agensi PR merupakan bagian dari ekosistem PR. Selama pandemi, mereka menjadi salah satu industri yang terdampak cukup keras. Kepada PR INDONESIA secara virtual, Senin (25/10/2021), Jojo S Nugroho, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia (APPRI), mengenang betapa pahitnya kenyataan yang harus ia alami bersama pelaku agensi PR lainnya ketika pandemi menghantam negeri ini. “Banyak pembayaran dari klien yang macet. Ada klien yang sudah menyatakan di depan, tidak bisa bayar, padahal pekerjaan sudah berjalan dan ada biaya produksi yang dikeluarkan. Bahkan, ada yang pekerjaannya sudah selesai,” kata pria yang merupakan Managing Director IMOGEN PR ini.
Kondisi yang serba tidak menentu ini membuat baik pelaku agensi PR maupun klien, sama-sama memilih strategi wait and see. Tak banyak agenda PR di awal pandemi, tak ada pula klien baru. Di satu sisi, klien juga memilih melakukan efisiensi. Salah satunya dengan cara memotong pengeluaran untuk PR.
Berbagai penyesuaian pun dilakukan oleh setiap pelaku agensi PR agar mereka dapat bertahan dan beradaptasi selama pandemi. Mulai dari mencari jejaring, membidik pasar dan peluang baru yang selama ini belum tersentuh, memberikan layanan baru sesuai kebutuhan klien, hingga melakukan pengembangan bisnis. Dari berbagai strategi tadi, ada yang berhasil, bahkan jauh lebih lebih sukses ketimbang sebelum pandemi, dan sebaliknya.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi