Sejak beroperasi tahun 2011, Mediavista sudah mendesain sistem kerja mobile bagi sebagian karyawannya. Sehingga, ketika pandemi terjadi, karyawan sudah siap dan terbiasa dengan sistem kerja ini.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Bagi Direktur Utama Mediavista Pramana Sukmajati, sejak awal pandemi, seluruh agensi PR berada dalam survival mode. Ibarat maraton, agensi harus memiliki napas panjang untuk terus menjalankan roda usahanya.
Pria yang karib disapa Pram ini menilai ada dua aspek yang harus dilihat dan diukur oleh pengusaha di bidang PR. Pertama, seberapa siap tim internal untuk beradaptasi dengan situasi yang terjadi. “Di awal pandemi semua orang berjuang untuk beradaptasi dengan WFH,” ujar lulusan FIKOM Universitas Padjadjaran ini. Semua orang harus bisa mengatur waktu dan tetap menghadapi pekerjaannya. Hal ini pula yang memicu perubahan perilaku.
Pram mengenang ketika masih menjadi reporter salah satu media IT di Kompas Gramedia Group awal tahun 2000. Saat itu, ia berpikir bahwa tidak perlu datang ke kantor hanya untuk mengerjakan artikelnya. “Setelah liputan, saya bisa menulis dari mana saja. Yang penting terkoneksi internet,” ujarnya. Ia berpendapat, lingkungan yang nyaman untuk bekerja sangat mempengaruhi produktivitas, terkhusus bagi pekerja kreatif. “Suasana nyaman bisa kita dapatkan tak hanya di kantor,” ujarnya.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi