Tahun ini, Indonesia membuka lembaran baru dengan menjadi Presidensi G20, forum kerja sama multilateral yang terdiri dari 19 negara utama dan Uni Eropa.
JAKARTA, PRINDONESIA.CO - Kesempatan langka yang hanya terjadi setiap 20 tahun sekali, sekaligus menjadi ajang pembuktian persepsi bagi negeri ini di mata dunia terhadap resiliensi ekonomi Indonesia di tengah pandemi. Kepercayaan terhadap Indonesia merupakan bentuk pengakuan atas status negeri ini sebagai salah satu negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang juga merepresentasikan negara berkembang.
Ada banyak agenda yang akan dilakukan, isu yang dibicarakan sekaligus dikomunikasikan kepada khalayak. Peran humas pemerintah (government public relations/GPR) menjadi sangat krusial. Informasi hangat yang baru saja diterima, pemerintah telah membentuk tim juru bicara Presidensi G20. Tujuannya tak lain untuk memperkuat komunikasi publik terkait penyelenggaraan acara internasional yang tahun ini mengusung tema “Recover Together, Recover Stronger”.
Dari latar belakang G20 yang terdiri atas Jalur Sherpa (Sherpa Track) dan Jalur Keuangan (Finance Track), maka ada juru bicara Serpha Track yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Lalu, juru bicara Finance Track, yakni Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wakil Ketua oleh Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Sementara Johnny G. Plate, Menteri Komunikasi dan Informartika didapuk menjadi juru bicara komunikasi umum terkait penyelenggaraan G20. Adapun juru bicara yang sifatnya khusus mengenai isu-isu kebijakan Presiden dari Istana Presiden akan diampu oleh Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko.
- BERITA TERKAIT
- Komunikasi Publik di Persimpangan: Tantangan dan Peluang Pemerintahan Baru
- Mengelola Komunikasi Publik IKN dalam Masa Transisi
- Komunikasi Publik IKN: Membangun Sinergi Semua "Stakeholder"
- Komunikasi Publik IKN: Tampak Belum Kompak
- Komunikasi Publik IKN: Mengukur Dampak Sosial dan Ekonomi